Kamis, 18 Desember 2014

Dari Karya Doktoral Ahmad Patiroy Ada Estetisasi Agama pada Kehidupan Keberagamaan Klas Menengah Muslim Era Kontemporer


http://uin-suka.ac.id/media/news/A.%20Patiroy.JPG 


Drs. Ahmad Patiroy, MA., (54 tahun) mengatakan, ekpresi keberagamaan masyarakat kontemporer saat ini tengah dipengarui oleh kecenderungan kehidupan budaya konsumer. Salah satu implikasi dari ekspresi keberagamaan yang dipengaruhi oleh budaya konsumer itu adalah terjadinya kecenderungan estetisasi dalam kehidupan beragama. Kecenderungan estetisasi ini merupakan konstruksi tipikal gaya hidup estetis akibat suksesi obyek konsumsi yang dilihat sebagai bentuk ekspresi citra atau simbul kemewahan masyarakat beragama di era kapitalisme global.
Kesimpulan tersebut diperoleh Dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini, setelah pihaknya melakukan riset terhadap kehidupan sosial keberagamaan klas menengah Muslim di Kota Semarang. Hasil riset putra kelahiran Bone ini dipertahankan untuk memeperoleh gelar Doktor Bidang Ilmu Agama Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga dengan mengangkat judul “Beragama di Era Budaya Konsumer – Studi tentang Gaya Hidup Kelas Menengah Muslim Perkotaan Semarang.” Patiroy mempertahankan karya Disertasinya di hadapan tim penguji antara lain : Prof. Dr. H. Dudung Abdurrahman, M. Hum., Dr. Maharsi, M. Hum., Dr. Muhammad Soehadha, S. Sos., M. Hum., Prof. Dr. H. Irwan Abdullah., Prof. Dr. H. Khoiruddin Nasution, MA., (promotor merangkap penguji), Prof. Noorhaidi Hasan, MA., M. Phil., Ph.D., bertempat di Convention Hall, kampus UIN Sunan Kalijaga, Senin, 15 Desember 2014.
Lebih lanjut Patiroy menjelaskan, pihaknya telah melakukan riset meliputi wawancara mendalam dan pengamatan terlibat, kemudian fenomena gaya hidup masyarakat Muslim kontemporer dikaji melalui perspektif teori simbolik yang menekankan pada kerangka kerja hermeneutik. Sehingga berhasil diungkap bahwa, gaya hidup estetis warga kelas menengah Muslim perumahan Kampoeng Semawis Semarang yang diekspresikan dalam konteks keberagamaan lahir dari proses apresiasi yang relatif tinggi terhadap barang-barang komoditi religius yang dilahirkan oleh pasar kapitalisme global.
Berbagai komoditi religius yang dikonsumsi dalam rangka pelaksanaan kegiatan keagamaan, seperti; busana Muslim, peralatan salat (sajadah, rukuh, kopiah, kerudung, tasbih, dan sebagainya), makanan berlabel halal, pengajian atau selamatan dengan hidangan mewah dan sebagainya, tidak lagi semata untuk memenuhi kebutuhan spiritual. Tetapi lebih dari itu juga mengandung upaya pemenuhan kebutuhan terhadap citra sebagai suatu simbul yang berkaitan dengan identitas dan status sosial.
Dijelaskan, kecenderungan perilaku keagamaan yang menekankan pada citra tersebut memunculkan gaya hidup estetis-simbolis dalam mengekspresikan agama. Dengan kata lain bisa diistilahkan estetiasi agama. Pilihan gaya hidup yang estetis – simbolis ini merupakan upaya kontekstualisasi untuk mengatasi kontradiksi antara dua nilai berbeda. Yaitu budaya lokal dan budaya global, serta model keberagamaan skriptualistik dan substantivistik.
Menurut promovendus, keberagamaan estetis – simbolik ini dapat dipandang sebagai varian ekspresi keagamaan yang ditandai terjadinya gejala baru proses kebangkitan agama di era global. Keberagamaan yang estetis-simbolis itu merupakan potret gaya hidup masyarakat perkotaan yang dikonstruksi untuk memperoleh kesempatan seluas-luasnya menampilkan diri dengan modal sosial dan modal kapital yang dimiliki sebagai figur Muslim-Muslimah yang religius sekaligus trendy, alim sekaligus modis atau saleh sekaligus gaul dan smart.
Kecenderungan gaya hidup yang estetis-simbolik dalam kehidupan beragama warga kelas menengah Muslim perumahan Kampoeng Semawis merupakan ikhtiar muslim Indonesia dalam rangka menegosiasikan nilai-nilai dan identitas keislaman dengan bentuk atau praktek budaya global disatu sisi, sekaligus sebagai upaya untuk menegosiasikan modus-modus kesalehan sosial individual dengan motif-motif ekonomi dan bisnis dalam konteks masyarakat konsumer disisi lain. Ikhtiar semacam ini dapat dipandang sebagai salah satu bagian dari fenomena munculnya varian ekspresi keagamaan yang menandai terjadinya gejala baru proses kebangkitan agama (islamisasi di era global). Tidak selalu, sebagaimana dikhawatirkan oleh banyak kalangan, akan menyebabkan pendangkalan terhadap agama. Namun menurut promovendus, keberagaman estetis simbolik sebagai ekspresi gaya hidup masyarakat kontemporer tersebut dalam konteks risetnya, dikonsepsikan sebagai estetisasi agama, demikian jelas Ahmad Patiroy.
Dari karya Disertasinya ini, Ahmad Patiroy oleh tim penguji dinyatakan lulus dengan predikat “Sangat Memuaskan” dan dirinya merupakan Doktor ke 434 yang telah diluluskan oleh Program Pascasarjana UIN Sunan kalijaga. (Weni Hidayati)

sumber: http://uin-suka.ac.id/index.php/page/berita/detail/936/dari-karya-doktoral-ahmad-patiroy-ada-estetisasi-agama-pada-kehidupan-keberagamaan-klas-menengah-muslim-era-kontemporer

Tidak ada komentar:

Posting Komentar