Drs. Ahmad Patiroy, MA., (54 tahun)
mengatakan, ekpresi keberagamaan masyarakat kontemporer saat ini tengah
dipengarui oleh kecenderungan kehidupan budaya konsumer. Salah satu
implikasi dari ekspresi keberagamaan yang dipengaruhi oleh budaya
konsumer itu adalah terjadinya kecenderungan estetisasi dalam kehidupan
beragama. Kecenderungan estetisasi ini merupakan konstruksi tipikal gaya
hidup estetis akibat suksesi obyek konsumsi yang dilihat sebagai bentuk
ekspresi citra atau simbul kemewahan masyarakat beragama di era
kapitalisme global.
Kesimpulan tersebut diperoleh Dosen
Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini, setelah
pihaknya melakukan riset terhadap kehidupan sosial keberagamaan klas
menengah Muslim di Kota Semarang. Hasil riset putra kelahiran Bone ini
dipertahankan untuk memeperoleh gelar Doktor Bidang Ilmu Agama Program
Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga dengan mengangkat judul “Beragama di Era
Budaya Konsumer – Studi tentang Gaya Hidup Kelas Menengah Muslim
Perkotaan Semarang.” Patiroy mempertahankan karya Disertasinya di
hadapan tim penguji antara lain : Prof. Dr. H. Dudung Abdurrahman, M.
Hum., Dr. Maharsi, M. Hum., Dr. Muhammad Soehadha, S. Sos., M. Hum.,
Prof. Dr. H. Irwan Abdullah., Prof. Dr. H. Khoiruddin Nasution, MA.,
(promotor merangkap penguji), Prof. Noorhaidi Hasan, MA., M. Phil.,
Ph.D., bertempat di Convention Hall, kampus UIN Sunan Kalijaga, Senin, 15 Desember 2014.
Lebih lanjut Patiroy menjelaskan,
pihaknya telah melakukan riset meliputi wawancara mendalam dan
pengamatan terlibat, kemudian fenomena gaya hidup masyarakat Muslim
kontemporer dikaji melalui perspektif teori simbolik yang menekankan
pada kerangka kerja hermeneutik. Sehingga berhasil diungkap bahwa, gaya
hidup estetis warga kelas menengah Muslim perumahan Kampoeng Semawis
Semarang yang diekspresikan dalam konteks keberagamaan lahir dari proses
apresiasi yang relatif tinggi terhadap barang-barang komoditi religius
yang dilahirkan oleh pasar kapitalisme global.
Berbagai komoditi religius yang
dikonsumsi dalam rangka pelaksanaan kegiatan keagamaan, seperti; busana
Muslim, peralatan salat (sajadah, rukuh, kopiah, kerudung, tasbih, dan
sebagainya), makanan berlabel halal, pengajian atau selamatan dengan
hidangan mewah dan sebagainya, tidak lagi semata untuk memenuhi
kebutuhan spiritual. Tetapi lebih dari itu juga mengandung upaya
pemenuhan kebutuhan terhadap citra sebagai suatu simbul yang berkaitan
dengan identitas dan status sosial.
Dijelaskan, kecenderungan perilaku
keagamaan yang menekankan pada citra tersebut memunculkan gaya hidup
estetis-simbolis dalam mengekspresikan agama. Dengan kata lain bisa
diistilahkan estetiasi agama. Pilihan gaya hidup yang estetis – simbolis
ini merupakan upaya kontekstualisasi untuk mengatasi kontradiksi antara
dua nilai berbeda. Yaitu budaya lokal dan budaya global, serta model
keberagamaan skriptualistik dan substantivistik.
Menurut promovendus, keberagamaan estetis
– simbolik ini dapat dipandang sebagai varian ekspresi keagamaan yang
ditandai terjadinya gejala baru proses kebangkitan agama di era global.
Keberagamaan yang estetis-simbolis itu merupakan potret gaya hidup
masyarakat perkotaan yang dikonstruksi untuk memperoleh kesempatan
seluas-luasnya menampilkan diri dengan modal sosial dan modal kapital
yang dimiliki sebagai figur Muslim-Muslimah yang religius sekaligus
trendy, alim sekaligus modis atau saleh sekaligus gaul dan smart.
Kecenderungan gaya hidup yang
estetis-simbolik dalam kehidupan beragama warga kelas menengah Muslim
perumahan Kampoeng Semawis merupakan ikhtiar muslim Indonesia dalam
rangka menegosiasikan nilai-nilai dan identitas keislaman dengan bentuk
atau praktek budaya global disatu sisi, sekaligus sebagai upaya untuk
menegosiasikan modus-modus kesalehan sosial individual dengan
motif-motif ekonomi dan bisnis dalam konteks masyarakat konsumer disisi
lain. Ikhtiar semacam ini dapat dipandang sebagai salah satu bagian dari
fenomena munculnya varian ekspresi keagamaan yang menandai terjadinya
gejala baru proses kebangkitan agama (islamisasi di era global). Tidak
selalu, sebagaimana dikhawatirkan oleh banyak kalangan, akan menyebabkan
pendangkalan terhadap agama. Namun menurut promovendus, keberagaman
estetis simbolik sebagai ekspresi gaya hidup masyarakat kontemporer
tersebut dalam konteks risetnya, dikonsepsikan sebagai estetisasi agama,
demikian jelas Ahmad Patiroy.
Dari karya Disertasinya ini, Ahmad Patiroy
oleh tim penguji dinyatakan lulus dengan predikat “Sangat Memuaskan”
dan dirinya merupakan Doktor ke 434 yang telah diluluskan oleh Program
Pascasarjana UIN Sunan kalijaga. (Weni Hidayati)
sumber: http://uin-suka.ac.id/index.php/page/berita/detail/936/dari-karya-doktoral-ahmad-patiroy-ada-estetisasi-agama-pada-kehidupan-keberagamaan-klas-menengah-muslim-era-kontemporer